Apa yang menarik dari Partai Demokrat Tubaba. Apakah karena ketuanya Busroni atau karena kader – kadernya seperti, Paisol, Edi Anwar, Muammil, Arif, Jimmi, Benni, Evi. Tapi yang paling utama adalah bahwa Partai Demokrat dalam pemilihan legislatif atau pileg 2024 yang lalu merupakan partai pemenang pemilu.
Partai Demokrat memperoleh 7 kursi legislatif mengungguli partai – partai lainnya, seperti PDIP, Nasdem, Gerindra. Pencapaian ini tentu menempatkan Partai Demokrat secara otomatis menduduki posisi sebagai Ketua Dewan. Apa yang dilakukan oleh Partai Demokrat sehingga mencapai kemenangan dalam pileg 2024 tentu saja merupakan kerja – kerja kolektif para kader.
Jiwa dan semangat militansi ini yang setidaknya dimiliki oleh para kader Partai Demokrat. Kemenangan Partai Demokrat dalam pileg tentu saja menjadi satu catatan tersendiri, baik oleh pimpinan wilayah maupun pusat. Hal ini terlihat dari ‘ reward ‘ langsung yang diberikan oleh ‘ Pusat – Wilayah ‘ atas keberhasilannya meraih kemenangan pileg dengan menempatkan 7 kursi legislatif.
Dengan meraih 7 kursi legislatif tentu saja memberikan posisi tawar politik yang tinggi. Artinya bahwa Partai Demokrat sudah mampu mengusung calonnya sendiri tidak lagi perlu bersusah payah kesana kemari mencari partai lain untuk membangun koalisi. Modal sosial politik sudah ditangan dimiliki oleh Partai Demokrat tinggal.
Mundurnya Ketua Demokrat, Busroni, sebagai pemilik rekom yang diusung partai tentu sebagai bakal calon bupati saja mengagetkan publik. Demi alasan lebih fokus mengembangkan diri sebagai Ketua Dewan tentu sebuah alasan yang rasional atas pilihan Busroni. Munculnya nama Paisol, seorang kader militan Partai Demokrat, beberapa kali terpilih sebagai anggota legislatif, setidaknya dapat menutupi kekosongan ‘ rekom ‘ yang ditinggalkan oleh Busroni, walaupun pilihannya sebagai wakil.
Pilihan Paisol sebagai wakil memberikan makna, bahwa posisi Partai Demokrat tidak ingin begitu saja lepas, harus menempatkan kadernya dalam pilkada setelah mundurnya Busroni. Dalam posisi ini tentu Partai Demokrat hanya membutuhkan siapa calon ‘ bupati ‘ untuk diusung berdampingan dengan Paisol. Sebab Partai Demokrat tidak mungkin melepaskan diri begitu saja memberikan dukungan kepada kader partai lain. Tentu saja akan membawa dampak politis bagi kader – kader lainnya yang telah berkeringat membesarkan partai.
Jika menilisik sedikit pasangan yang telah terbentuk, didukung oleh beberapa partai politik, dengan motor penggerak PDIP ( 6) PKB (2), HANURA ( 2), NASDEM (4), PERINDO (3), tentu pasangan NoNa ( Novriwan – Nadir ). Pasangan NoNa setidaknya secara teoritik telah memenuhi syarat batas pencalonan dari 7 kursi. Artinya NoNa tidak butuh lagi partai politik kecuali motivasi politiknya adalah ingin merebut semua partai politik agar lahir kotak kosong.
Satu – satunya yang kini menjadi pendamping Paisol tentu tidak lain adalah Surya Jaya Rades ‘ SJR ‘ yang memang jauh hari sudah menyiapkan diri sebagai bakal calon bupati. Dengan tingkat elektabilitas yang tinggi dan populis ditengah masyarakat, pasangan Surya – Faisol akan diprediksi mampu mengungguli pasangan NoNa. Setidaknya dengan berpasangan Surya – Paisol memberikan makna bahwa, Partai Demokrat sebagai partai pemenang pemilu legislatif, tidak melarikan diri dari gelanggang politik pilkada. Ada kader yang siap untuk bertarung walaupun dalam posisi sebagai wakil.
Hemat, penulis tentu sebagai partai politik pemenang pemilu legislatif, Partai Demokrat akan memberikan ‘ rekom ‘ pada SJR untuk dipasangkan dengan Paisol. Sebagai partai politik pemenang pemilu, setidaknya Partai Demokrat harus mampu menunjukan ‘ harga diri ‘ tidak menjadi bagian kecil dari pilkada apalagi menjadi ‘ penonton ‘. Dengan mengusung Surya – Paisol menandakan bahwa Partai Demokrat masih memiliki ‘ citra diri ‘ sebagai partai politik pemenang pemilu legislatif di Tubaba, dan tentunya sebagai kebanggaan bagi kader partai serta publik pada umumnya.
(Catatan Ketua K3PP Tubaba)