Ahmad Basri
Di negeri “konoha” kekuasaan sering diperlakukan layaknya sesuatu yang suci bukan amanah melainkan simbol kehormatan yang harus disembah.
Dalam berbagai kesempatan kita masih melihat rakyat mencium tangan pejabat atau berebut foto bersama seolah sedang bertemu dengan idola.
Pemandangan semacam itu mungkin tampak sepele tetapi sesungguhnya menggambarkan mentalitas feodal yang masih mengakar dalam kultur sosial kita.
Budaya memuja pejabat inilah yang perlahan melumpuhkan akal sehat dan moral kekuasaan. Pejabat dikelilingi oleh orang – orang yang pandai menyanjung namun enggan menegur.
Sebaliknya kritik dianggap penghinaan sementara penjilat dipuji sebagai bentuk kesetiaan loyalitas. Akibatnya banyak pejabat kehilangan rasa malu merasa istimewa.
Akibatnya lahir berbagai bentuk penyimpangan kekuasaan. Korupsi, penyalahgunaan wewenang, manipulasi proyek hingga pengkhianatan terhadap amanah rakyat.
Semua berawal dari hal yang sederhana yakni budaya memuja jabatan dan membiarkan kekuasaan tanpa pengawasan moral.
Sudah saatnya kita berhenti menunduk di hadapan jabatan. Hormat tidak berarti tunduk dan kritik bukan berarti membenci.
Jika bangsa ini ingin maju perubahan harus dimulai dari kesadaran paling mendasar yakni menghentikan tradisi mencium cincin kekuasaan.(AB)



















