NUSAN.ID, JAKARTA – Pasar Modal Indonesia mengukir sejarah baru dengan jumlah perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) menembus 900 emiten, setelah PT Kian Santang Muliatama Tbk (RGAS), PT Mastersystem Infotama Tbk (MSTI), dan PT Ikapharmindo Putramas Tbk (IKPM) resmi melantai di bursa pada 8 November 2023. Jumlah itu diyakini terus bertambah sampai akhir tahun, menyusul masih ada 27 calon emiten yang telah masuk pipeline pencatatan saham perdana di BEI.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengungkapkan, total perusahaan tersebut menjadi sejarah baru sekaligus membawa BEI masuk lima besar global dari segi perusahaan tercatat, dan ketujuh global dari segi fundraising yakni Rp 54 triliun. “Ini menunjukan pasar modal kita dapat diandalkan dan dipercaya sebagai sumber modal alternatif untuk bertumbuh besar,” kata Iman di BEI, Jakarta, baru-baru ini.
Iman melanjutkan, pencapaian ini tidak luput dari dukungan pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pelaku pasar modal, serta seluruh perusahaan yang berpartisipasi dan menjadi bagian penting dari pertumbuhan pasar modal. Karena itu, BEI mengapresiasi setinggi-tingginya seluruh perusahaan yang berpartisipasi di BEI lantaran telah turut membangun ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
“Semoga, makin banyak perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Tidak hanya berhenti di 901 perusahaan, tapi akan bertumbuh menjadi seribu, 10 ribu, sampai 100 ribu perusahaan baru yang tercatat di BEI,” ujar dia.
Iman menyebut, rekor BEI ini terpecahkan paralel dengan tercatatnya tiga emiten baru. PT Kian Santang Muliatama Tbk (RGAS) menjadi perusahaan tercatat ke-899, sementara PT Mastersystem Infotama Tbk (MSTI) sebagai perusahaan tercatat ke-900, dan PT Ikapharmindo Putramas Tbk (IKPM) menjadi perusahaan tercatat ke-901.
Praktis, kehadiran tiga perusahaan tersebut menambah jumlah perusahaan tercatat saham di BEI pada 2023 menjadi sebanyak 77 perusahaan dengan total dana yang dihimpun sebanyak Rp 54,3 triliun.
Bila ditinjau dari jenis usaha, perusahaan yang sahamnya tercatat di BEI saat ini mayoritas dihuni oleh sektor Consumer Cyclicals sebanyak 16,9% dari total 152 perusahaan. Beberapa sektor lainnya berasal dari sektor Consumer Non-Cyclicals sebesar 13,7%, Financials sebesar 11,8%, dan Basic Materials sebesar 11,3% dari total perusahaan tercatat di BEI.
Sedangkan secara geografis, persebaran perusahaan tercatat BEI masih berpusat di DKI Jakarta, yaitu sebanyak 71,4% dari total 643 perusahaan tercatat. Provinsi dengan perusahaan tercatat terbanyak selanjutnya adalah Jawa Barat 8,3%, dan Banten 7,7%.
Iman optimistis, makin banyak perusahaan dari berbagai sektor usaha di seluruh daerah Indonesia yang akan mencatatkan sahamnya dan memanfaatkan pasar modal sebagai salah satu sumber pendanaan. Sampai saat ini, masih terdapat 27 perusahaan potensial di pipeline pencatatan BEI.
Untuk itu, berbagai upaya BEI lakukan guna menjaring calon perusahaan tercatat, di antaranya memberikan edukasi terkait IPO dalam bentuk seminar, coaching clinic, masterclass, one-on-one, baik di pusat maupun di daerah melalui Kantor Perwakilan BEI. Dalam hal peningkatan kualitas calon perusahaan tercatat, BEI juga telah melakukan penyesuaian Peraturan Nomor I-A Tahun 2021 mengenai persyaratan keuangan dan kapitalisasi pasar yang diharapkan dapat lebih mengakomodasi berbagai jenis perusahaan.
Setelah diberlakukan penyesuaian Peraturan I-A tersebut, kapitalisasi pasar perusahaan tercatat saat ini rata-rata mencapai Rp10,3 triliun atau tumbuh 254,8%. Sementara, rata-rata jumlah dana yang dihimpun (fund raised) dan aset masing-masing mencapai Rp 837,7 miliar dan Rp 4,8 triliun alias tumbuh 54,8% dan 146,1%.
Tingkat Kualitas
Analis BCA Sekuritas Ahmad Yaki menilai, cara terbaik untuk meningkatkan transaksi di BEI adalah dengan memperbanyak edukasi terkait fundamental dan teknikal saham-saham tercatat. “Hal itu dilakukan agar pelaku pasar bisa melihat saham yang murah secara valuasi fundamental, dan punya potensi pertumbuhan yang bagus. Endingnya, mereka bisa ambil posisi untuk entry dengan analisisnya, termasuk posisi jual jika suatu emiten kinerjanya sudah tidak sesuai,” ujar dia kepada Investor Daily, Rabu (08/11/2023).
Sejalan dengan itu, Yaki berharap agar perusahaan tercatat dapat terus meningkatkan kualitas, baik dari sisi kesehatan bisnis, kinerja, sampai prospek ke depannya. Sehingga fundamental yang solid itu tentunya akan menarik perhatian investor untuk mengoleksi sahamnya.
Hal itu, lanjut Yaki, juga menjadi jawaban untuk meningkatkan likuiditas sahamnya di BEI. “Investor, terutama yang ritel bisa menjadi lebih terbuka bahwa ternyata masih banyak emiten sehat dan growth bisnisnya,” pungkas dia. (*)
Sumber: Investor.id