Mengapa Karl Marx mengatakan agama itu candu. Tentu secara historis dealitikanya ada alasan yang mendasari agama itu candu. Karl Marx memiliki alasan rasional dengan istilah tersebut.
Kata inilah yang hingga saat ini menjadi makna stigma negatif bahwa pemikiran karl Marx atau Marxisme itu membenci agama.Padahal bukan agamanya yang dibenci Karl Marx tapi manusianya yang menjalankannya.
Ada ruang kekesalan atau kemarahan kegelisahan Karl Marx sehingga istilah agama itu disebutnya candu. Pemaknaan ini kadang jarang sekali diulas karna secara ideologis mendengar Karl Marx sudah phobia terlebih dahulu. Ada sembilan pemikiran Karl Marx yang perlu dipahami menurut penulis.
Pertama, Karl Marx adalah seorang sosiolog ilmuwan sosial yang kritis. Dia melihat sebuah realitas empiric masyarakat pada saat itu hidup dalam sistem ketidak adilan karna sistem ekonomi kapitalisme (Baca : Masa Revolusi Industri Abab 18)
Kedua, akibat sistem ekonomi kapitalisme masyarakat terpolakan dengan kelas berkuasa dan yang dikuasai. Kelas berkuasa dengan istilah kaum boujuisme. Kelas yang dikuasai diistilahkan kaum proletar.
Ketiga, kaum bourjuisme memiliki kekuatan dalam sistem penguasaan ekonomi. Semua sistem mesin alat produksi mereka kuasai dan kaum proleter adalah alat yang digunakan sebagai mesin industri, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan kapital yang sebesar – besarnya.
Keempat, Karl Marx melihat telah terjadi satu penindasan eksploitatif yang luar biasa oleh kaum bourjuisme dalam pencapaian keuntungan kapital terhadap kaum proletar dalam sistem kapitalisme.
Kelima, Bagi Karl Marx penindasan yang dilakukan oleh kaum bourjuisme terhadap kaum proletar dibiarkan begitu saja oleh kaum agamawan (Baca pihak gereja – pendeta). Tidak ada pembelaan apapun terhadap kaum proletar yang dilakukan kaum bourjuisme.
Keenam, Bagi Karl Marx fungsi tugas kaum agamawan / agama setidaknya harus hadir membela kaum yang tertindas kaum proletar. Itulah fungsi agama yang sesungguhnya membela kaum yang lemah. Malah sebaliknya kaum agamawan gereja bersengkongkol dengan kaum penindas – bourjuisme.
Ketujuh, Bagi Karl Marx kaum proletar yang tertindas tidak cukup hanya berdoa kepada Tuhan (Pergi Gereja) untuk memohon bantuan agar Tuhan membantunya atas segala penindasan kaum bourjuisme. Itu semua pekerjaan yang sia – sia menurut Karl Marx.
Kedelapan, Karl Marx mengajak bahwa penindasan harus dilawan dan dihadapi bukannya berlari ke gereja untuk berdoa. Itu sebuah tindakan yang pengecut lari dari kenyataan hidup.
Kesembilan, kata Karl Marx setelah berdoa ternyata bentuk penindasan masih tetap ada dan tidak menghilang sama. Lalu dimana posisi doa dan dimana keberadaan Tuhan. Mengapa tidak menolong mereka yang tertindas ? Kata Karl Marx doa hanya penenang hati sesaat yang tidak menyelesaikan masalah. Berdoa itu seperti candu yang memabukan.
Dari pemikiran Karl Marx diatas dapat disimpulkan bahwa jika hari ini kehidupan manusia penuh dengan penindasan yang kuat memakan yang lemah, setidaknya apa kata Karl Marx harus melawan bukan berdiam diri. Apalagi sibuk berlari ke gereja, ke masjid, ke Vihara sambil berdoa komat kamit.
Sebab urusan Tuhan adalah masalah akherat setelah kematian. Biarlah Tuhan yang menghukumnya surga atau neraka. Tapi urusan dunia tentang penindasan harus dihadapi dan dilawan.Minimal berani bersuara.
Sebagaimana pesan Al Qur’an bahwa hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran/3 : 104).(*)
Sumber: Prokontra.co.id