NUSAN.ID – Ketua Dewan Pimpinan Cabang Persatuan Pewarta Warga Indonesia (DPC PPWI) Kabupaten Ogan Ilir (OI), Fidiel Castro, melontarkan kritik tajam terhadap maraknya praktik korupsi di Indonesia. Dalam pernyataannya, ia dengan tegas mengutuk para pejabat yang menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, sementara rakyat semakin terbebani oleh berbagai kebijakan yang tidak pro-masyarakat.
“Pemerintahan di negeri ini seharusnya bertujuan untuk meringankan beban rakyat, bukan malah menambah kesulitan. Tujuan adanya pemerintahan adalah agar rakyat hidup lebih mudah, bukan sebaliknya,” ujar Castro dengan nada penuh keprihatinan.
Lebih lanjut, Castro menyoroti betapa akutnya masalah korupsi di Indonesia. Ia menyebut praktik ini sudah merajalela di berbagai sektor, bahkan hingga ke tingkat dunia.
“Semuanya dikorupsi, mulai dari yang enak-enak hingga yang busuk-busuk, bahkan yang seperti tai pun mereka korupsi. Sungguh luar biasa para pejabat koruptor ini, seolah-olah mereka adalah piaraan pemerintah Indonesia,” ujarnya dengan nada sinis.
Kritik ini mencerminkan kekecewaan mendalam terhadap realitas birokrasi di Indonesia, di mana para pejabat yang seharusnya menjadi pelayan rakyat justru menggerogoti anggaran negara demi kepentingan pribadi.
Castro juga mempertanyakan esensi dari keberadaan pemerintah jika kebijakan yang dibuat justru semakin menekan rakyat.
“Buat apa ada pemerintahan jika tujuannya hanya menambah beban rakyat? Negeri ini hancur karena ulah para pejabat koruptor yang tidak bertanggung jawab,” tambahnya.
Ia menegaskan bahwa Indonesia membutuhkan pemerintahan yang bersih dan benar-benar bekerja untuk kepentingan masyarakat, bukan hanya sebagai alat bagi para pejabat untuk memperkaya diri.
“Kita butuh pemerintahan yang bersih, yang benar-benar bekerja untuk rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi para pejabat,” pungkasnya.
Ketua DPC PPWI Ogan Ilir, Fidiel Castro, melontarkan kritik tajam terhadap maraknya korupsi di Indonesia. Ia menegaskan bahwa pemerintah seharusnya meringankan beban rakyat, bukan justru menambah kesulitan melalui kebijakan yang tidak berpihak kepada masyarakat. Pernyataan keras ini memantik diskusi luas, termasuk di kalangan pakar yang menyoroti dampak korupsi terhadap negara dan rakyat.
Pakar ekonomi dari Universitas Indonesia, Dr. Bambang Suharto, menyoroti bagaimana korupsi menyebabkan kebocoran anggaran dan memperburuk kondisi ekonomi rakyat.
“Korupsi menggerogoti anggaran yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Akibatnya, rakyat harus menanggung biaya tambahan untuk mendapatkan layanan dasar yang seharusnya menjadi hak mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa korupsi juga berkontribusi terhadap inflasi, kenaikan harga bahan pokok, dan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar.
Pengamat politik dari LIPI, Dr. Hendri Saputra, menilai bahwa maraknya korupsi di kalangan pejabat menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan kurangnya integritas di level kepemimpinan.
“Korupsi di Indonesia sering kali bukan hanya masalah individu, tetapi juga budaya politik yang permisif terhadap praktik ilegal. Selama tidak ada reformasi yang tegas, pejabat akan terus memanfaatkan kekuasaan untuk kepentingan pribadi,” kata Hendri.
Ia juga menyoroti bahwa retorika pemberantasan korupsi sering kali hanya menjadi alat politik tanpa implementasi nyata.
Dari sisi hukum, Prof. Siti Rahmawati, pakar hukum tata negara, menegaskan bahwa penindakan terhadap koruptor masih jauh dari harapan.
“Banyak pejabat yang ditangkap karena korupsi, tetapi hukumannya sering kali ringan. Bahkan, ada yang setelah bebas langsung kembali ke dunia politik,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa untuk benar-benar memberantas korupsi, diperlukan reformasi dalam sistem hukum yang memastikan hukuman tegas bagi koruptor serta pengawasan ketat terhadap penggunaan anggaran negara.
Pernyataan keras Fidiel Castro menggambarkan kemarahan masyarakat terhadap para pejabat koruptor yang justru memperparah kondisi rakyat. Para pakar pun sepakat bahwa korupsi memiliki dampak serius terhadap ekonomi, politik, dan hukum di Indonesia.
Pernyataan keras dari Ketua DPC PPWI Ogan Ilir ini menjadi pengingat bagi semua pihak, khususnya para pemimpin dan aparat penegak hukum, untuk tidak tinggal diam dalam menghadapi korupsi yang terus menggerogoti negeri ini. Rakyat membutuhkan keadilan, bukan janji-janji kosong yang terus berulang tanpa tindakan nyata.
Tanpa tindakan konkret dari pemerintah, rakyat akan terus menjadi korban dari sistem yang korup. Diperlukan langkah tegas, seperti penguatan KPK, reformasi birokrasi, serta keterlibatan masyarakat dalam mengawasi jalannya pemerintahan agar kasus korupsi dapat ditekan dan tidak lagi menjadi budaya yang mengakar. (TIM/Red)